Buruk Peruntungan Anak Perut Istri yang Dibelah


Nah Ini Dia




Jumat, 6 September 2013 11:53:20 WIB




nah-sub

BODO banget Karnel, 25, jadi orang. Bikin anak dikiranya seperti bikin dodol saja, baru nikah Juli lalu bulan September kok sudah menuntut istrinya segera hamil. Ketika bidan menyatakan istri masih negatif, di rumah langsung saja perut Yesinta, 23, dibelah dan dikeluarkan ususnya. Tentu saja wasalam.


Anak selalu menjadi dambaan keluarga. Makanya keluarga yang sudah menikah bertahun-tahun belum juga diberi momongan, menjadi gelisah. Jangan-jangan istri mandul atau suami yang letoy. Tapi itulah peruntungan orang. Kadang 10 tahun menikah baru punya momongan. Tapi banyak pula, baru setahun menikah langsung punya anak. Dan di era gombalisasi ini, banyak pula menikah baru dua bulan anak sudah mbrojoli (lahir) akibat kecelakaan lalulintas di atas ranjang.


Karnel yang tinggal di Desa Tanjung Barus, Kec. Barus Jahe, Tanah Karo, Sumut, baru menikah beberapa bulan lalu. Istrinya Yesinta, bekas TKI Malaysia yang baru 6 bulan pulang kampung. Begitu ada perempuan nganggur langsung saja ditubruknya, diajak nikah. Ternyata Yesinta mau dan segeralah mereka mendaftarkannya perkawinan itu di gereja. Sejak Juli 2013 lalu, mereka telah resmi sebagai suami istri.


Sebagai lazimnya pengantin baru, rajinlah mereka mengadakan “serangan umum” non 1 Maret 1949. Namanya kendaraan baru, giat sekali Karnel memacunya. Siang malam direyen, tapi karena belum ada 1.000 Km belum berani buat boncengan. Agaknya dia sudah punya target, segera punya anak. Rupanya dia sudah punya master plan jangka panjang. Punya anak pada umur 25 tahun. Saat pensiun nanti sudah tidak pusing membiayai pendidikan anak-anak.


Tapi Karnel lupa bahwa bikin anak tak bisa disamakan dengan bikin dodol. Baru nikah bulan Juli, awal September kemarin sudah dibawa ke bidan desa untuk mengecek kehamilan. Ternyata bidan mengatakan, masih negatif alias belum hamil. Rupanya Karnel jadi kecewa sekali dengan peruntungan nasibnya. “Kenapa belum hamil, jangan-jangan istriku mandul.” Tuduhnya dalam hati.


Bila pasangan lain terus bersabar dan terus berusaha, beda dengan Karnel. Tiba di rumah dia marah-marah dan menyalahkan istrinya. Kenapa benih sudah begitu banyak ditabur, tak juga kunjung panen? Yesinta pun menjelaskan bahwa tak semua benih bisa tumbuh dan panen, karena tergantung lahannya musim kering atau musim basah. “Memangnya kedelai, 4 bulan tanam sudah bisa jadi tempe.”


Kesal karena istri tak mengakui kemandulannya, Karnel pun ambil golok. Tanpa belas kasihan sama sekali, perut istrinya langsung disodet hingga terbelah. Begitu usus terburai, serta merta diacak-acak, dicari janinnya ngkali. Tentu saja Yesinta tewas di tempat. Gegerlah warga desa, dan polisi pun segera mengamankan Karnel lelaki yang tak sabaran itu.


Sadis, istri dianggap macam daging kurban saja. (JPNN/Gunarso TS)