Pernikahan Putri Hatta Rajasa Padukan Adat Sunda dan Palembang




Sabtu, 19 Oktober 2013 20:53:39 WIB




padukanadat1910

JAKARTA (Pos Kota)- Perbedaan adat istiadat sewajarnya tidak perlu dibesar-besarkan apalagi menjadi sumber konflik. Sebab setiap adat istiadat sesungguhnya memiliki esensi yang hampir sama yakni nilai kultura dan religi.


“Indonesia adalah negara yang kaya dengan ragam adat istiadat,” papar Menko Perekonomian Hatta Rajasa saat siraman putrinya Siti Noor Azima Rajasa. Putri ketiganya tersebut akan melepas lajangnya hari ini (Minggu 20/10) setelah dipinang oleh Audy Satria Wardhana.


Kekayaan adat istiadat tersebut memungkinkan setiap orang dengan mudah bersentuhan dengan orang lain yang berbeda adat istiadatanya. Disinilah kata Hatta dibutuhkan tolerasi tinggi dan sikap saling menghargai, agar tidak menimbulkan konflik ditengah masyarakat.


PEMBAURAN


Menurut Hatta, pembauran dua adat yang berbeda justeru terasa begitu indah. Pembauran tersebut malah akan memperkaya budaya dan menimbulkan rasa toleransi yang tinggi antar sesama.


“Saya sudah merasakan betul betapa ketika dua adat disatukan, hasilnya akan sangat indah. Dua anak saya menikah dengan adat yang berbeda,” tambahnya.


Wakil Ketua SIKIB Okke Hatta Rajasa mengatakan acara siraman calon pengantin menjadi adat yang perlu dihidupkan sebagai sebuah warisan budaya. “Jangan sekedar dilihat sebagai upacara seremoni saja, tetapi adat siraman mengandung nilai-nilai religi dan kepatuhan,” paparnya.


Rencananya, pada acara mantu putri ketiganya tersebut, keluarga Hatta akan memadukan adat Sunda dengan adat Palembang. (inung/bu)


Teks : Istri Wakil Presiden Herawati Boediono melakukan prosesi siraman putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam rangkaian acara pernikahan putri ketiganya, Siti Noor Azima Rajasa atau yang akrab disapa Azima di kediamannya perumahan Executive Golf, Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat (18/10). Azima dipersunting oleh Audy Satria Wardhana atau yang biasa disapa Audy. Audy merupakan putra kedua dari keluarga besar Bambang Irawan dan Siti Ichtiyati.(toga)