Lima Pemuda Purwakarta Juga Pernah Diperbudak di Pabrik Kuali Tangerang




Sabtu, 11 Mei 2013 10:06:20 WIB




rumah-yuki

PURWAKARTA (Pos Kota) – Ramainya pemberitaan di media massa terkait terbongkarnya prakter perbudakan buruh kuali di Tangerang, seakan menggugah kembali masa kelam dialami lima pemuda asal Desa Nangewer, Kec Darangdan, Purwakarta. Bagaimana tidak, lima pemuda Purwakarta ini adalah koban gelombang pertama buruh kuali Tangerang yang mengalami nasib serupa.


“Kami bekerja di pabrik kuali milik Yuki tahun 2009. Dulu pun kami bernasib seperti mereka,” tutur Taufik Supriadi, 25, ditemui di rumahnya Kp Jaladri RT 15/06 Desa Nangewer, Jumat (10/5).


Bersama Taufik, empat buruh yang berasal sekampungnya antara lain, Dani, 20, Idan, 25, Jaeni, 35 dan Ceceng, 21.


Selama bekerja di pabrik kuali Yuki, kelima pemuda ini mengaku mendapatkan perlakuan tidak layak, serta sering disiksa.


Taufik mengungkapkan, pengalaman buruknya itu terjadi sekitar lima tahun lalu. Menurutnya pabrik milik Yuki Irawan tersebut bukan pabrik yang baru beroprasi dua atau tiga tahun, namun diduga lebih dari 10 tahun berdiri.


Hanya saja kata dia, dulu pabrik tersebut belum membuat kuali, akan tetapi membuat bahan untuk kuali dari limbah almunium selanjutnya dikirim kepabrik lain. Bahan-bahan dasar untuk membuat almunium ini diambil dari limbah (sampah) seperti dari bekas bungkus rokok dan bekas obat-obatan.


Sementara itu, korban lainnya Ceceng menambahkan,saat itu, ia dijemput dengan mobil oleh istri Yuki langsung, di rumah temannya di Desa Cilingga, Darangdan. Istri Yuki menjanjikan pekerjaan prospektif.”Kami sempat curiga karena kami disuruh jangan bawa KTP dan handphone sebagai persyaratan kerja di perusahaan itu,”paparnya.


Sehari bekerja mereka sudah menaruh curiga, karena banyak kejanggalan yang terjadi, salah satunya, melihat dari kondisi fisik beberapa buruh lain yang sudah lama bekerja di pabrik itu. Selain seperti kelelahan, baju serta penampilan mereka dekil serta ada beberapa lainya badanya penuh luka lebam seperti bekas pukulan.


“Saat itu, umur saya baru 16 tahun dan yang paling muda Dani baru 15 tahun, kalau yang lainya sudah berumur 18 tahun ke atas,”ujarnya.


Pada hari kedua, lanjut dia, penderitaan itu dimulai. Saat itu tenaga pun benar-benar habis terkuras karena terus-terusan berkerja dari siang hingga malam hari. Centeng-centeng yang mengawal para buruh bekerja bersikap arogan dan kejam, bahkan mengancam akan membunuh jika pekerjaan tak sampai tuntas. “Teman kami yang mengeluh sudah capek juga dipukul dan ditendang,”ujarnya.


“Saat waktu istirahat datang, kami digiring ke ruangan sempit untuk tidur dan dikunci dari luar. Karyawannya saat itu hanya ada sekitar 20 orang,”terangnya.


Mendapat perlakuan seperti itu, Ceceng berupaya untuk melarikan diri, namun selalu gagal. Yang berhasil melarikan diri adalah Dani bersama Idan. Mereka berdua kabur sekitar pukul 02.00 dinihari menyebrangi sungai.


Idan kini harus mengalami cacat permanen karena kakinya patah,diduga akibat ditendang centeng serta oknum aparat yang turut serta membekingi prusahaan tersebut.


Terbongkarnya praktek perbudakan di pabrik Yuki Irawan membuat mereka lega. Apalagi, saat ini Yuki bersama centeng-centengnya telah dijadikan tersangka. Perbuatan Yuki dan centengnya itu, sangat tidak manusiawi. “Mudah mudahan tak ada lagi praktek perbudakan buruh di negeri ini,”pungkasnya. (dadan)